
Dalam sejarah Islam, nama Fakhruddin ar-Razi dikenal sebagai salah satu ulama paling cemerlang dalam bidang tafsir dan ilmu kalam. Ia bukan hanya ahli tafsir, tetapi juga seorang filsuf, ahli logika, dan ilmuwan yang meninggalkan warisan intelektual luar biasa bagi dunia Islam.
Profil Singkat
Fakhruddin ar-Razi
lahir pada tahun 544 H / 1150 M di kota Rayy, Persia (sekarang Iran).
Ia tumbuh dalam lingkungan ilmiah dan belajar dari berbagai ulama besar di masanya. Ia dikenal sebagai pemikir yang kritis, tajam dalam analisis, serta mahir dalam berdebat. Julukannya adalah Imam al-Musyakkikin (Imam Para Pengkritik), karena sering mengkaji dan mempertanyakan pendapat-pendapat sebelumnya untuk mencari kebenaran yang lebih kuat.
Karya-karya fenomenal: Tafsir al-Kabir (Mafātīḥ al-Ghayb)
Karya tafsir paling terkenalnya adalah Mafātīḥ al-Ghayb, atau yang lebih dikenal sebagai Tafsir al-Kabir (Tafsir Agung). Meski tidak menafsirkan setiap ayat secara detail, tafsir ini terkenal karena kedalamannya dalam membahas:
Aspek rasional dan filsafat ayat-ayat Al-Qur’an
Pendekatan ilmu kalam (teologi)
Perbandingan antarpendapat (tafsir mazhabi)
Masalah-masalah ilmiah dan logika
Tafsir ar-Razi sering dianggap sebagai tafsir bagi para intelektual, karena membahas Al-Qur’an dari sudut pandang yang filosofis dan rasional. Ia sering mengangkat pertanyaan kritis yang kemudian dijawab dengan argumen mendalam, mengajak pembaca berpikir secara logis dan reflektif.
Pemikiran dan Pengaruh
Fakhruddin ar-Razi memiliki pengaruh besar dalam tradisi tafsir dan pemikiran Islam. Ia menjembatani antara pendekatan tekstual dan rasional, sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam menjawab tantangan intelektual zaman itu. Walaupun sebagian ulama mengkritik pendekatannya yang terlalu filosofis, banyak pula yang menghargai keberaniannya memperluas cakrawala pemahaman Al-Qur’an.
Gagasan Cemerlang
Pendekatan Rasional dalam Tafsir: Beliau menggabungkan logika, filsafat, dan sains dalam menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur’an.
Isyarat Multiverse: Dalam menafsirkan “Rabb al-‘Ālamīn,” ia membuka kemungkinan bahwa Allah menciptakan banyak dunia, bukan hanya satu bumi – suatu ide yang mirip dengan teori multiverse modern.
Kritis terhadap Aristoteles & Ibnu Sina: Ia sering berdialog dan mengkritisi pemikiran filsuf besar, menunjukkan kedalaman dan keberaniannya dalam berpikir.
Pesan Ar-Razi untuk Umat
“Jangan takut berpikir, karena akal adalah karunia Allah. Tapi jangan sombong dengan akal, karena wahyu tetap yang utama.”
Penulis: Ulpah Hasanah
Mahasiswa STIQ Kepri semester II B IAT Extension