
🌐 Fenomena Hijrah di Era Digital
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah hijrah mengalami perluasan makna. Tidak lagi terbatas pada makna historis perpindahan Rasulullah ﷺ dari Makkah ke Madinah, kini hijrah lebih sering dimaknai sebagai proses perubahan diri menuju kehidupan yang lebih Islami. Fenomena ini semakin marak terlihat di media sosial. Banyak generasi muda mulai membagikan aktivitas ibadah mereka, menghadiri kajian daring, hingga mengubah penampilan sebagai bagian dari proses hijrah.
Namun, seiring dengan maraknya tren ini, muncul pertanyaan: apakah hijrah yang dilakukan merupakan bentuk kesadaran spiritual atau hanya bagian dari tren digital yang sedang naik daun?
🎭 Tren vs. Kesadaran
Media sosial membawa pengaruh besar dalam membentuk persepsi tentang hijrah. Di satu sisi, ini memberikan kemudahan dalam mengakses ilmu, bergabung dengan komunitas dakwah, dan membangun semangat berhijrah. Namun di sisi lain, ada tantangan besar: hijrah menjadi semacam gaya hidup populer yang mudah ditiru namun sulit dijaga.
Tidak sedikit yang berhijrah karena ikut-ikutan. Memakai pakaian syar’i, membagikan kutipan islami, atau hadir dalam kajian daring bukanlah jaminan bahwa seseorang benar-benar memahami makna hijrah. Dalam kondisi ini, hijrah bisa terjebak pada simbol tanpa substansi.
Padahal, hijrah sejati adalah perubahan yang lahir dari kesadaran iman, bukan sekadar tekanan sosial. Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Seorang Muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa inti hijrah bukanlah penampilan, tapi meninggalkan maksiat dan mendekatkan diri kepada Allah ﷻ.
🧠 Kalam Ulama
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menjelaskan bahwa:
- “Hijrah memiliki dua bentuk: hijrah fisik dari negeri kufur ke negeri Islam, dan hijrah hati dari kebodohan menuju ilmu, dari maksiat menuju taat, dari dunia menuju akhirat.”
(al-Fawaid, hal. 136)
Hijrah digital bisa termasuk dalam bentuk hijrah hati ini, jika benar-benar dilakukan karena ingin meraih ridho Allah.
🧭 Menjadikan Dunia Digital sebagai Sarana Ibadah
Dunia digital bukanlah halangan untuk berhijrah dengan tulus. Justru ini adalah peluang besar untuk menyebarkan kebaikan, menuntut ilmu, dan membangun jejaring ukhuwah. Namun semuanya harus dilandasi niat yang lurus dan pemahaman yang benar.
Hijrah digital akan menjadi bermakna jika tidak berhenti pada tren. Ia harus menjadi jalan panjang menuju perbaikan diri yang konsisten. Bukan hanya tampil Islami di layar, tetapi juga menjadi pribadi Muslim yang kokoh dalam iman dan amal, baik online maupun offline.
🤲 Doa dan Harapan
Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang berhijrah dengan ikhlas, meninggalkan keburukan menuju kebaikan, bukan karena popularitas atau tren, melainkan karena dorongan iman dan cinta kepada Allah ﷻ.
- “Ya Allah, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu. Jadikanlah hijrah kami karena-Mu, dan bukan karena selain-Mu. Tuntunlah kami menuju kebaikan yang Kau ridhai, di dunia nyata maupun di dunia digital.”
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Ditulis oleh: Yusuf Muhammad Al-Mahmudy ( Mahasiswa Smt Online 2 Institut Studi Islam Fahmina Cirebon)