
Novel Api Tauhid adalah salah satu karya besar dari Habiburrahman El Shirazy yang mengangkat kisah nyata perjuangan seorang ulama hebat dari Turki bernama Bediuzzaman Said Nursi. Novel ini sangat berbeda dari kebanyakan novel lain, karena selain menyajikan cerita yang menyentuh hati, ia juga mengandung nilai-nilai sejarah, perjuangan, agama, pendidikan, dan semangat perubahan.
Cerita dalam novel ini dibalut dengan dua latar utama. Latar pertama adalah masa kini, ketika dua mahasiswa Indonesia bernama Fahmi dan Sahid sedang menempuh studi di Turki. Mereka berdua sangat bersemangat mempelajari sejarah Islam dan perjuangan ulama-ulama besar di negara tempat mereka belajar. Latar kedua adalah masa lalu, yaitu masa perjuangan Said Nursi ketika Turki sedang mengalami perubahan besar dari sistem kekhilafahan Islam menuju negara sekuler di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Atatürk.
Fahmi dan Sahid awalnya datang ke Turki hanya sebagai pelajar biasa. Namun, ketika mereka mulai mendalami sejarah Turki dan bertemu dengan guru-guru yang mengenalkan mereka pada tokoh Said Nursi, hidup mereka berubah. Mereka menjadi sangat tertarik mempelajari lebih dalam tentang perjuangan sang ulama besar. Dari sinilah cerita novel mulai berkembang, karena perjalanan mereka menelusuri jejak perjuangan Said Nursi diceritakan secara detail, penuh hikmah, dan menyentuh perasaan.
Perjuangan Said Nursi
Said Nursi adalah tokoh utama dalam novel ini. Ia adalah seorang ulama yang sangat cerdas, tegas, dan teguh pendirian. Sejak kecil, ia dikenal sebagai anak yang luar biasa. Ia mampu menguasai berbagai ilmu pengetahuan dalam waktu singkat, baik ilmu agama maupun ilmu umum. Karena kecerdasannya, ia dijuluki Bediuzzaman, yang artinya “Keajaiban Zaman”.
Namun, kehidupan Said Nursi tidak mudah. Ia hidup di zaman yang sangat berat. Saat itu, Turki sedang dalam masa krisis. Kekhilafahan Utsmaniyah yang telah berkuasa selama ratusan tahun mulai melemah, dan akhirnya digantikan oleh sistem republik yang sekuler. Pemerintahan yang baru ini menghapus banyak ajaran Islam dari kehidupan masyarakat. Ajaran agama tidak lagi diajarkan di sekolah, masjid-masjid dikosongkan, dan para ulama ditekan bahkan dipenjara.
Melihat kondisi ini, Said Nursi tidak tinggal diam. Ia bangkit dan berjuang untuk menyelamatkan umat dari bahaya sekularisme. Namun, perjuangannya tidak dilakukan dengan kekerasan. Ia memilih jalan ilmu dan pena. Ia menulis sebuah karya besar bernama Risalah Nur, yang berisi ajaran-ajaran Islam, penguatan tauhid, dan semangat untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
Said Nursi mengalami banyak cobaan. Ia beberapa kali dipenjara, diasingkan, bahkan diracuni. Tapi semua itu tidak membuatnya berhenti. Ia tetap menulis, bahkan di dalam penjara. Ia tidak membenci musuh-musuhnya, tetapi justru mendoakan mereka agar diberi hidayah. Inilah yang membuat perjuangannya begitu istimewa.
Fahmi dan Sahid, dua tokoh muda dari Indonesia, menjadi pengantar cerita dalam novel ini. Mereka mewakili generasi muda Muslim yang sedang mencari jati diri. Awalnya, mereka hanya ingin belajar di luar negeri, tapi setelah mengenal sejarah Said Nursi, mereka justru menemukan semangat baru. Mereka belajar bahwa Islam adalah agama yang kuat, indah, dan penuh hikmah. Mereka juga belajar bahwa perjuangan tidak harus dilakukan dengan kekerasan, tapi dengan kesabaran, ilmu, dan keikhlasan.
Dalam perjalanan mereka di Turki, mereka mengunjungi tempat-tempat yang bersejarah dalam perjuangan Said Nursi. Mereka juga bertemu dengan orang-orang yang masih meneruskan perjuangan beliau. Dari pengalaman itu, mereka berubah menjadi pemuda yang lebih matang, lebih religius, dan siap berkontribusi untuk umat.
Nilai-nilai Islam dalam Novel
- Tauhid sebagai Pilar Utama
Tauhid merupakan inti dari seluruh perjuangan Said Nursi. Ia menolak tunduk pada sistem yang meminggirkan agama dari kehidupan. Dalam berbagai situasi sulit, Said Nursi menunjukkan bahwa keimanan kepada Allah adalah sumber kekuatan terbesar. Inilah yang dimaksud dengan “Api Tauhid”: semangat yang terus menyala karena keyakinan yang kuat.
- Dakwah Lewat Tulisan
Ketika umat Islam dihadapkan pada ancaman dan pembatasan dalam berdakwah, Said Nursi tidak memilih jalur kekerasan. Ia justru mengedepankan tulisan sebagai alat perjuangan. Ini menunjukkan bahwa dakwah bisa dilakukan dengan cara damai, melalui pendidikan dan literasi. Hal ini sangat relevan di zaman sekarang ketika media tulis dan digital menjadi sarana dakwah utama.
- Keikhlasan dan Kesabaran
Tokoh Nursi dalam novel digambarkan sangat ikhlas dalam berjuang. Ia tidak mengejar kekuasaan, ketenaran, atau harta. Meskipun berkali-kali dipenjara dan diracuni, ia tetap sabar. Kesabaran dan keikhlasan ini adalah nilai penting yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan modern.
- Pendidikan sebagai Jalan Perubahan
Novel ini menggambarkan pendidikan sebagai kekuatan utama dalam membangkitkan umat. Said Nursi menekankan bahwa membangun umat harus dimulai dari membangun kesadaran melalui ilmu. Dalam konteks Indonesia saat ini, pesan ini sangat relevan, terutama untuk kalangan muda yang menjadi tulang punggung bangsa.
- Karakter dan Teladan Said Nursi
Bediuzzaman Said Nursi lahir pada 1877 dan wafat pada 1960. Ia dikenal sebagai ulama yang menguasai berbagai ilmu sejak muda. Julukan “Bediuzzaman” yang berarti “Keajaiban Zaman” menunjukkan kecerdasannya yang luar biasa. Dalam novel, ia digambarkan sebagai pribadi yang tegas, santun, berani, dan penuh kasih terhadap umat.
Said Nursi tidak hanya menjadi pemikir, tetapi juga pelaku dakwah sejati. Ia hidup dalam masa transisi yang sangat keras: dari sistem kekhilafahan menuju sistem sekular yang meminggirkan agama. Dalam kondisi seperti itu, ia tetap teguh memperjuangkan Islam dengan cara yang damai.
- Kekuatan Narasi dan Gaya Bahasa
Habiburrahman El Shirazy dikenal dengan gaya bahasa yang indah, puitis, namun mudah dipahami. Dalam “Api Tauhid”, ia menggabungkan fakta sejarah dengan cerita fiktif sehingga cerita menjadi hidup dan menyentuh. Bahasa yang digunakan sangat mengalir, tidak membebani, dan tetap mengandung kekuatan emosional. Gaya naratif yang digunakan menjadikan pembaca merasa seolah ikut terlibat dalam perjalanan spiritual tokoh-tokohnya. Pembaca diajak berpikir, merenung, dan mengambil pelajaran hidup dari pengalaman tokoh.
- Relevansi Novel terhadap Generasi Muda
Generasi muda saat ini dihadapkan pada banyak tantangan, seperti krisis identitas, gaya hidup hedonis, dan melemahnya nilai religius. Novel “Api Tauhid” hadir sebagai jawaban. Dengan gaya bahasa yang ringan namun bermakna, novel ini bisa membangkitkan semangat generasi muda untuk kembali pada nilai-nilai Islam.
Kisah perjuangan Said Nursi juga mengajarkan bahwa menjadi intelektual Muslim bukan berarti anti-modernitas, melainkan mampu menyatukan antara iman, ilmu, dan amal dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis: Fathir Rahman Muzakhy dan Bagus Pratama
Mahasiswa STIQ Kepri Semester II PAI Reguler