
Pendidikan Islam (Tarbiyah islamiyah) dalam makna yang sangat luas (baca; Tarbiyah, Islam, Akidah, Syariah, dan Ushuluddin), yang di kaji di setiap Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (baca; Pendis PTKI Kemenag RI) termasuk ( baca; Dirasat Islamiyah), atau (baca; Islamic Studies) baik negeri maupun swasta, baik di bawah (baca; Kemdiktisaintek RI) maupun (baca; Pendis PTKI Kemenag RI). Sadar atau pun tidak memberikan implikasi yang cukup signifikan di tengah kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Hal ini sangat jelas terlihat, bagaimana misalnya, desains profil lulusan dari masing-masing program studi di setiap Perguruan Tinggi Keagaman Islam (baca; pendis PTKI Kemenag RI), yang menekuni bidang keilmuan Pendidikan Islam (baca; Terbiyah islamiyah), (baca; Dirasat Islamiyah, atau (baca; Islamic Studies) termasuk misalnya, Program Studi Pendidikan Agama Islam (baca; PAI). Bagaimana esensi Islam di pahami sebagai ajaran dan dalam praktik menjalankan pengamalan ajaran lebih-lebih bagaimana metodologi dan pendekatan yang di gunakan dalam proses pengajaran, rancangan kurikulum dll, dengan kondisi di era sekarang yang penuh tantangan multidimensional.
Hal ini sangat di butuhkan agar prinsip, tradisi, dan kaidah, “Al-Muhāfazah ‘alā al-Qadīm as-Sālih wal-Akhdhu bil-Jadīd al-Aslah“, tetap mengakar, membumi sampai ke akar tunjang, tetapi juga tetap responsif dengan dunia sekitar atau luar. Sehingga pendidikan Islam menjadi solusi di tengah umat. Jika tidak demikian, pendidikan kita. Tidak berlebihan rasanya, dapat di katakan hanya rangkaian rutinitas belaka yang pada akhirnya tidak banyak memberikan efek dominan di tengah problem kehidupan, bermasyarakat dan berbangsa.
Sebab itu lah “Miqat” atau “Titik Awal“ upaya pencarian core keilmuan dari masing-masing bidang rumpun keilmuan yang ada sangat di butuhkan dan sesegera mungkin, dan ini harga yang tidak mungkin rasanya bisa di tawar-tawar, agar dialog-dialog keilmuan khususnya bagi kalangan teman-teman mahasiswa terasa hidup dan segar. Baik pada sisi desains kurikulum, muatan materi, metodologi dan pendekatan, desains profil lulusan yang ingin di capai, dan lain sebagainya. Sekaligus untuk melihat berbagai problem keagamaan, kemanusiaan, keadilan, politik, sosial, ekonomi, budaya, moral, akhlak, etika, estetika, praktik KKN, dunia modernisasi dan globalisasi, dan lain sebagainya. Namun, tetap memakai kaca mata dan lensa yang tepat guna. Tidak hanya baik untuk hari ini, tetapi juga memberikan manfaat bagi generasi di masa yang akan datang.
Penulis : Sabrun Jamil , M.Pd
Dosen STIQ Kepri