Menjaga Hati di Zaman Penuh Godaan

Ilustrasi Gambar (sumber: https://islam.mediamu.com/pengertian-menjaga-pandangan-dalam-islam)

Di era modern yang serba cepat dan terkoneksi, manusia dihadapkan pada tantangan besar dalam menjaga kejernihan hati. Arus informasi yang deras, gaya hidup hedonistik, serta mudahnya akses terhadap berbagai bentuk hiburan dan distraksi digital membuat hati rentan terhadap pengaruh negatif. Media sosial, misalnya, meski membawa manfaat dalam hal komunikasi dan informasi, kerap menjadi ladang subur bagi penyakit hati seperti riya, iri, dengki, bahkan kufur nikmat. Sering kali kita tidak sadar bahwa layar kecil di genggaman bisa menjadi jendela menuju kelalaian spiritual.

Islam memandang hati (qalb) sebagai pusat kehidupan ruhani dan moral manusia. Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh tubuh baik; dan jika ia rusak, maka seluruh tubuh rusak. Ketahuilah, itu adalah hati.”
(HR. Bukhari No. 52 dan Muslim No. 1599)

Hadis ini menegaskan bahwa seluruh amal dan sikap seseorang berakar dari kondisi hatinya. Maka dari itu, menjaga kebersihan dan kesehatan hati bukanlah perkara remeh. Ia menjadi pondasi utama bagi keseluruhan ibadah dan perilaku seorang hamba.

Menjaga Hati dalam Aktivitas Sehari-hari

Menjaga hati tidak cukup hanya dengan menjauhi dosa besar seperti zina, mencuri, atau membunuh. Justru godaan di zaman ini sering datang dalam bentuk yang lebih halus dan samar: pandangan yang tidak terjaga, niat yang tercemar oleh riya, atau ucapan yang menyakiti sesama. Maka, menjaga hati berarti menjaga seluruh input yang bisa merusaknya—dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.

Beberapa langkah konkret yang dapat ditempuh untuk menjaga hati, antara lain:
1. Memperbanyak Dzikir dan Istighfar
Dzikir adalah makanan hati. Ia mengingatkan kita kepada Allah SWT dan menjauhkan dari kelalaian. Allah berfirman:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)
2. Membaca dan Menghayati Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah cahaya yang mampu menembus kegelapan hati. Ia menuntun hati kepada jalan yang lurus dan menguatkan iman. Membacanya secara rutin, memahami maknanya, dan berusaha mengamalkannya adalah bentuk nyata dari upaya menyucikan hati.
3. Bersahabat dengan Orang Saleh
Lingkungan sangat memengaruhi kondisi hati. Berteman dengan orang-orang yang senantiasa mengingatkan kepada Allah akan memudahkan kita dalam menjaga hati. Rasulullah SAW bersabda:
“Seseorang tergantung pada agama temannya. Maka, hendaklah kalian melihat siapa yang menjadi teman kalian.”
(HR. Abu Dawud No. 4833, dinilai hasan oleh Al-Albani)
4. Melatih Keikhlasan dan Muhasabah Diri
Niat adalah kunci amal. Menjaga hati dari keinginan dipuji dan dihargai orang lain adalah bentuk penjagaan keikhlasan. Setiap malam, evaluasi diri (muhasabah) menjadi cara untuk menakar apakah hari itu kita sudah menjaga hati atau justru mencemarinya.

Tidak Menjauh dari Dunia, Tapi Tidak Terikat Olehnya

Menjaga hati bukan berarti menjadi asing dari dunia, melainkan bagaimana seseorang bisa berada di tengah hiruk-pikuk dunia tanpa menjadikan dunia sebagai tujuan utama. Seorang muslim tetap berkarya, berinteraksi, dan berkontribusi dalam masyarakat—tetapi semua dilakukan dengan niat ibadah, bukan demi popularitas atau keuntungan semata.

Seperti doa Rasulullah SAW yang begitu indah:
“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia sebagai tujuan utama kami dan puncak dari ilmu kami.”
(HR. Tirmidzi No. 3502, dinilai hasan oleh Al-Albani)

Seorang muslim yang hatinya terjaga akan tampil sebagai pribadi yang jujur, amanah, rendah hati, dan tidak mudah terguncang oleh pujian maupun cacian. Hatinya tenang, karena tahu bahwa tujuan hidupnya adalah ridha Allah semata.

Penutup

Zaman ini mungkin penuh dengan godaan, tapi Allah juga memberikan kita banyak jalan untuk tetap dekat dengan-Nya. Menjaga hati adalah perjalanan seumur hidup, yang menuntut kesabaran, keistiqamahan, dan ketulusan. Semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa berusaha menjaga hati dari noda dunia, menjaganya tetap bersih agar cahaya iman dapat bersinar dari dalamnya.

“Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami hati yang bersih, jiwa yang tenang, dan ruh yang senantiasa merindukan pertemuan dengan-Mu.”
Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Penulis : Lia Ramadhani

Mahasiswa STIQ Kepri semester IV IAT Reguler