Pendidikan Akhlaq Berbasis Hadis Al-Arba’in Annawawiyah

sumber:https://id.pinterest.com/search/pins/?q=gambar%20kitab%20arbain%20nawawi&rs=typed

Hakikat dan Urgensi Pendidikan Akhlaq
Pendidikan akhlaq merupakan inti dari pendidikan Islam karena akhlaq adalah
cerminan dari keimanan dan ketakwaan seseorang. Dalam tradisi Islam, pendidikan
bukan hanya bertujuan mencerdaskan intelektual, namun juga membentuk manusia
yang utuh secara spiritual dan moral. Akhlaq menjadi pilar penting dalam membentuk
masyarakat yang beradab dan harmonis. Pendidikan akhlaq tidak hanya sebatas
penyampaian teori tentang perilaku baik dan buruk, melainkan proses internalisasi
nilai-nilai moral ke dalam jiwa individu sehingga melahirkan sikap dan tindakan yang
sesuai dengan tuntunan agama. Urgensi pendidikan akhlaq semakin nyata ketika kita
menyaksikan berbagai fenomena sosial yang menunjukkan degradasi moral di
kalangan generasi muda. Maka dari itu, pendidikan akhlaq harus menjadi prioritas
dalam sistem pendidikan, agar generasi mendatang tidak hanya cerdas secara
akademik, tetapi juga tangguh secara moral dan spiritual.
Pengertian Pendidikan Akhlaq
Secara etimologis, kata “akhlaq” berasal dari bahasa Arab “khuluq” yang
berarti perangai atau karakter. Dalam perspektif Islam, akhlaq mencakup perilaku
lahiriah yang bersumber dari dorongan batin yang bersih dan berlandaskan iman.
Pendidikan akhlaq adalah proses pembentukan pribadi manusia yang diarahkan pada
penanaman nilai-nilai moral yang luhur, seperti kejujuran, kesabaran, amanah,
tawakkal, dan kasih sayang. Pendidikan ini bertujuan tidak hanya untuk menanamkan
pengertian tentang baik dan buruk, tetapi juga membiasakan peserta didik untuk
melaksanakan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ruang Lingkup Akhlaq
Ruang lingkup akhlaq mencakup hubungan manusia dengan Allah SWT,
dengan sesama manusia, dengan dirinya sendiri, dan dengan alam sekitarnya. Akhlaq
kepada Allah mencakup keyakinan, ibadah yang benar, dan sikap tunduk. Akhlaq
kepada sesama manusia mencakup sikap saling menghormati, tolong-menolong,
jujur, dan adil. Akhlaq terhadap diri sendiri mencakup menjaga kebersihan, menjaga
hati, serta menjauhi sifat-sifat tercela. Akhlaq kepada lingkungan mencerminkan
tanggung jawab sebagai khalifah di bumi.
Karakteristik Akhlaq Islamiyyah
Akhlaq Islamiyyah memiliki beberapa karakteristik penting. Pertama,
bersumber dari wahyu yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Kedua, bersifat menyeluruh dan
universal. Ketiga, bersifat seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat. Keempat,
akhlaq Islam memberikan teladan nyata dalam diri Rasulullah SAW. Kelima, akhlaq
dalam Islam bersifat aplikatif dan mendorong amal nyata dalam kehidupan. Dengan
demikian, akhlaq Islamiyyah bukan hanya ajaran moral, tetapi sistem hidup yang
terintegrasi.
Hubungan antara Pendidikan dan Akhlaq
Dalam pandangan Islam, pendidikan dan akhlaq adalah dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Pendidikan bukan hanya proses mentransfer ilmu pengetahuan,
tetapi juga sarana untuk membentuk karakter dan perilaku manusia. Buku Pendidikan
Akhlaq Berbasis Hadis al-Arba’in an-Nawawiyyah menekankan bahwa keberhasilan
pendidikan sangat bergantung pada sejauh mana nilai-nilai akhlaq ditanamkan kepada
peserta didik. Tanpa akhlaq, ilmu yang diperoleh dapat digunakan secara destruktif
dan menyimpang dari tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi.
Dr. Saifuddin Amin dalam bukunya menjelaskan bahwa pendidikan yang
tidak disertai dengan pembinaan akhlaq cenderung menghasilkan manusia yang
cerdas secara intelektual, tetapi miskin dalam empati, tanggung jawab sosial, dan
integritas moral. Oleh karena itu, pendidikan harus diarahkan pada pembentukan
manusia seutuhnya, yaitu manusia yang memiliki ilmu, amal, dan akhlaq yang
seimbang. Hadis-hadis dalam kitab al-Arba’in an-Nawawiyyah menjadi fondasi
penting dalam membentuk hubungan ini, karena memuat nilai-nilai dasar seperti
keikhlasan, kesabaran, kasih sayang, dan kepedulian.
Lebih jauh, pendidikan akhlaq menjadi penyempurna dari pendidikan ilmu
pengetahuan. Dalam konteks ini, guru tidak hanya berperan sebagai penyampai
materi, tetapi juga sebagai pembina kepribadian dan akhlaq peserta didik. Buku ini
memberikan penekanan bahwa pendidikan akhlaq bukanlah pelengkap dari
pendidikan formal, melainkan substansi utama yang harus mengarahkan seluruh
proses pendidikan. Oleh karena itu, akhlaq menjadi tujuan dan sekaligus metode
dalam membangun peradaban Islam yang luhur dan berkelanjutan.
Tujuan Pendidikan Akhlaq
Tujuan pendidikan akhlaq dalam Islam bukan hanya untuk mencetak individu
yang mampu membedakan antara baik dan buruk, tetapi juga mendorong mereka
untuk memilih dan membiasakan diri melakukan yang baik secara konsisten.
Pendidikan akhlaq bertujuan membentuk manusia paripurna yang sadar akan
tanggung jawabnya kepada Allah, kepada sesama manusia, kepada lingkungan, dan
kepada dirinya sendiri. Inilah yang disebut sebagai insan kamil, manusia yang
berkepribadian utuh, mulia, dan seimbang.
Pendidikan akhlaq juga bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai spiritual yang
mampu menjadi kompas moral dalam menjalani kehidupan. Di tengah arus informasi
yang semakin cepat dan budaya permisif yang semakin luas, manusia sangat mudah
kehilangan arah jika tidak memiliki pegangan akhlaq yang kokoh. Dengan pendidikan
akhlaq yang tepat, peserta didik dibimbing untuk tidak hanya menjadi pribadi yang
saleh secara individu, tetapi juga menjadi agen kebaikan sosial dalam masyarakat.
Selain itu, pendidikan akhlaq juga bertujuan untuk membangun peradaban
yang berkeadaban. Sejarah membuktikan bahwa peradaban Islam yang gemilang lahir
dari generasi yang tidak hanya unggul dalam ilmu, tetapi juga dalam akhlaq. Oleh
karena itu, pendidikan akhlaq tidak hanya bersifat individual, tetapi juga kolektif: ia
adalah proses untuk menciptakan tatanan sosial yang adil, harmonis, dan
berlandaskan nilai-nilai ilahiyah.
Kurikulum Pendidikan Akhlaq
Kurikulum pendidikan akhlaq seharusnya mencakup nilai-nilai dasar seperti
kejujuran, tanggung jawab, toleransi, dan kasih sayang. Kurikulum ini harus
terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran dan aktivitas sekolah. Tidak cukup hanya
disampaikan dalam pelajaran agama, tetapi juga harus menjadi bagian dari budaya
sekolah, mulai dari cara guru mengajar hingga cara siswa berinteraksi. Kurikulum
yang baik juga harus memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengalami dan
mempraktikkan akhlaq secara nyata.
Metode Pengajaran Akhlaq
Metode yang digunakan dalam pendidikan akhlaq antara lain: keteladanan
(uswah), pembiasaan, nasihat, diskusi, dan cerita teladan. Keteladanan adalah metode
yang paling kuat karena peserta didik belajar melalui contoh. Pembiasaan membantu
siswa menerapkan nilai-nilai dalam kebiasaan harian. Cerita-cerita dari Al-Qur’an
dan hadis sangat efektif untuk menyampaikan pesan moral. Guru berperan penting
sebagai pembimbing dan teladan utama.
Evaluasi Pendidikan Akhlaq
Evaluasi pendidikan akhlaq tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi
lebih pada perubahan perilaku dan sikap. Evaluasi ini dapat dilakukan melalui
observasi, jurnal refleksi, dan penilaian dari guru serta orang tua. Tujuannya bukan
memberi nilai, tetapi memastikan bahwa proses pembentukan akhlaq berjalan efektif.
Evaluasi ini juga mendorong perbaikan berkelanjutan dalam perilaku peserta didik.
Nilai-Nilai Akhlaq dalam Hadis al-Arba’in an-Nawawiyyah
Kitab al-Arba’in an-Nawawiyyah memuat nilai-nilai universal seperti
keikhlasan, sabar, jujur, amanah, kasih sayang, serta larangan berbohong, sombong,
dan marah. Nilai-nilai ini sangat relevan diterapkan dalam pendidikan karakter,
karena mencakup seluruh aspek hubungan manusia dengan Allah dan sesamanya.
Melalui pengajaran hadis-hadis tersebut, peserta didik dapat memahami dan
menerapkan akhlaq Islam secara praktis.
Biografi Imam Nawawi
Imam Nawawi adalah ulama besar yang hidup pada abad ke-7 Hijriyah. Ia
terkenal karena kezuhudan, kecintaannya pada ilmu, dan integritasnya dalam
beragama. Salah satu karya terkenalnya adalah al-Arba’in an-Nawawiyyah, yang
berisi 42 hadis penting yang mencerminkan prinsip dasar dalam Islam. Imam Nawawi
dikenal sangat berhati-hati dalam menyeleksi hadis dan sangat mengutamakan
keikhlasan dalam berdakwah.
Sistematika Kitab Arba’in an-Nawawiyyah
Kitab ini disusun secara ringkas namun padat. Hadis-hadis disusun secara
tematik, dimulai dari hadis tentang niat, kemudian hadis tentang Islam, Iman, Ihsan,
akhlaq sosial, dan berbagai prinsip hidup Islami. Sistematika ini membantu pembaca
memahami Islam secara menyeluruh dari aspek keyakinan hingga perilaku. Ini
menjadikan kitab ini sangat cocok dijadikan bahan ajar dalam pendidikan akhlaq.
Hadis-Hadis dalam Kitab Arba’in
Hadis-hadis dalam kitab ini dipilih berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah dan
kemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hadis memiliki nilai aplikatif
yang tinggi dalam pendidikan, seperti hadis tentang niat, larangan marah, menolong
sesama, menjaga lisan, serta pentingnya sikap amanah dan tanggung jawab. Hadis
hadis tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam membentuk budaya sekolah yang
islami dan berkarakter.
Nilai Pendidikan Akhlaq dalam Kitab Arba’in
Nilai-nilai pendidikan akhlaq yang terdapat dalam kitab al-Arba’in antara lain:
kejujuran, kesederhanaan, tanggung jawab, cinta sesama, pengendalian diri, dan
kepedulian sosial. Nilai-nilai ini sangat mendukung pembentukan karakter peserta
didik dan dapat dijadikan acuan utama dalam pelaksanaan pendidikan karakter di
sekolah.
Tantangan Pendidikan Akhlaq di Era Modern
Pendidikan akhlaq di era modern menghadapi tantangan besar dari berbagai
sisi, mulai dari arus globalisasi, teknologi digital, hingga krisis keteladanan.
Kehadiran media sosial dan internet yang tidak terfilter membuat generasi muda
mudah terpapar informasi yang tidak mendidik bahkan merusak moral. Gaya hidup
materialistik dan individualistik juga semakin mengikis nilai-nilai kebersamaan,
kepedulian, dan empati yang menjadi dasar akhlaq Islami.
Di samping itu, tantangan juga datang dari sistem pendidikan yang lebih
menitikberatkan pada capaian akademik dibandingkan dengan pembinaan karakter.
Pendidikan akhlaq menjadi pelengkap yang kurang mendapat perhatian dalam
perencanaan kurikulum dan alokasi waktu belajar. Kurangnya keteladanan dari
pendidik, tokoh masyarakat, maupun pemimpin bangsa juga memperburuk kondisi
ini.
Oleh karena itu, diperlukan sinergi antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan
pemerintah untuk membangun sistem pendidikan akhlaq yang kuat dan menyeluruh.
Pendidikan akhlaq tidak boleh hanya diajarkan secara teoritis, tetapi harus
ditanamkan melalui keteladanan, pembiasaan, dan penghayatan nilai-nilai Islam
secara kontekstual. Kitab al-Arba’in an-Nawawiyyah menjadi contoh konkret
bagaimana sumber-sumber Islam klasik dapat dihidupkan kembali dalam konteks
pendidikan masa kini.
Relevansi Buku Pendidikan Akhlak dalam Kehidupan Kontemporer
Buku Pendidikan Akhlaq Berbasis Hadis al-Arba’in an-Nawawiyyah karya
Dr. Saifuddin Amin merupakan karya penting yang hadir sebagai jawaban atas
kebutuhan akan pendidikan karakter di era modern. Di tengah krisis akhlaq yang
melanda generasi muda akibat pengaruh negatif media, budaya hedonisme, dan krisis
keteladanan, buku ini menawarkan solusi konkret yang bersumber dari ajaran Nabi
Muhammad SAW. Nilai-nilai moral dalam hadis-hadis Nawawi bukan hanya bernilai
spiritual, tetapi juga sangat praktis untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Buku ini sangat bermanfaat untuk dijadikan rujukan dalam menyusun
kurikulum pendidikan karakter di sekolah maupun lembaga pendidikan nonformal.
Gagasan-gagasan yang ditawarkan oleh Dr. Saifuddin Amin sangat aplikatif dan
mudah diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Tidak hanya guru agama,
tetapi juga guru dari semua bidang dapat menjadikan buku ini sebagai panduan untuk
membentuk peserta didik yang tidak hanya pintar secara akademik tetapi juga
berakhlak mulia. Buku ini juga sangat cocok digunakan oleh para pendakwah, orang
tua, maupun mahasiswa pendidikan Islam.
Lebih jauh, buku ini membantu menghidupkan kembali warisan keilmuan
klasik yang sangat kaya makna namun sering kali terlupakan dalam praktik
pendidikan modern. Ia menghubungkan nilai-nilai yang bersifat ilahiah dengan
realitas sosial masa kini. Dengan pendekatan berbasis hadis, pembinaan akhlaq
menjadi lebih kokoh, karena tidak hanya rasional, tetapi juga spiritual. Oleh sebab itu,
buku ini layak dijadikan sebagai bahan wajib dalam pembelajaran pendidikan Islam
di seluruh jenjang pendidikan.
KESIMPULAN
Pendidikan akhlaq adalah fondasi utama dalam membentuk pribadi muslim
yang utuh, baik dalam aspek spiritual, sosial, maupun intelektual. Dalam konteks ini,
hadis-hadis Rasulullah SAW yang dikumpulkan oleh Imam Nawawi dalam kitab al
Arba’in an-Nawawiyyah menjadi sumber yang sangat berharga untuk dijadikan dasar
dalam pengembangan pendidikan akhlaq. Nilai-nilai seperti kejujuran, kesabaran,
keikhlasan, amanah, dan kasih sayang merupakan bagian dari ajaran Islam yang
bersifat universal dan abadi.
Melalui buku Pendidikan Akhlaq Berbasis Hadis al-Arba’in an-Nawawiyyah,
Dr. Saifuddin Amin berhasil menyajikan pendekatan yang aplikatif dan kontekstual
dalam mendidik akhlaq generasi muda. Buku ini tidak hanya relevan secara keilmuan,
tetapi juga memiliki manfaat praktis dalam menghadapi tantangan moral di era digital
yang serba cepat dan terbuka. Nilai-nilai yang diajarkan dalam buku ini mampu
menjadi benteng spiritual dalam membentuk karakter kuat di tengah gempuran
budaya negatif yang mengancam stabilitas moral umat.
Dengan pendekatan yang menyeluruh, sistematis, dan bersumber dari ajaran
Rasulullah SAW, buku ini memberikan kontribusi nyata bagi dunia pendidikan,
khususnya dalam membangun generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak
mulia. Oleh karena itu, buku ini tidak hanya layak untuk dikaji secara akademis,
tetapi juga untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari oleh semua
lapisan masyarakat.

Penulis: Natasya Amelia dan Sarah Salsabilla

Mahasiswa STIQ KEPRI semester II PAI Reguler