Pengaruh Agama Islam Terhadap IPTEK di Dunia

Gambar ilustrasi (sumber: https://www.kompasiana.com/fundrops1659/6205fc99bb44864a963c1412/perkembangan-iptek-dalam-bidang-komunikasi)

Pendahuluan: Islam dan Ilmu Pengetahuan
Agama Islam memandang ilmu pengetahuan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan beragama. Sejak wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW — “Iqra” (Bacalah) — Islam sudah meletakkan dasar penting bahwa menuntut ilmu adalah ibadah. Dalam Islam, ilmu tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai ketuhanan.

Albert Einstein bahkan menyatakan, “Science without religion is lame, religion without science is blind.” Ini menegaskan bahwa ilmu dan agama adalah dua hal yang saling menguatkan, bukan bertentangan.

Masa Keemasan Islam dan Peradaban IPTEK
Sejak abad ke-7, Islam tak hanya menjadi agama spiritual, tetapi juga peradaban yang mendorong kemajuan di berbagai bidang keilmuan. Pada masa keemasannya (abad ke-8 hingga 13), kota-kota seperti Baghdad, Kairo, dan Kordoba menjadi pusat ilmu dunia. Di sanalah lahir berbagai pemikiran dan penemuan yang kemudian diterjemahkan dan dikembangkan oleh dunia Barat, menjadi fondasi bagi era Renaisans dan Revolusi Ilmiah.

Tokoh-Tokoh Muslim dan Kontribusinya terhadap IPTEK
Islam melahirkan banyak ilmuwan besar yang kontribusinya sangat berdampak bagi perkembangan ilmu dunia, antara lain:

Al-Khwarizmi – Ahli matematika abad ke-9, dikenal sebagai bapak Aljabar dan penemu algoritma yang menjadi dasar ilmu komputer.

Ibnu Sina (Avicenna) – Tokoh kedokteran dan filsafat, penulis Al-Qanun fi al-Tibb, rujukan kedokteran di Eropa selama ratusan tahun.

Jabir ibn Hayyan – Bapak ilmu kimia, pelopor teknik laboratorium dan farmasi.

Ibnu Khaldun – Perintis sosiologi dan historiografi modern.

Pandangan Islam terhadap Ilmu dan Teknologi
Dalam perspektif Islam, IPTEK tidak boleh dianggap netral atau bebas nilai. Semua bentuk ilmu dan teknologi harus diarahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Menurut Abd. Razak Muhidin, M.Pd.I (2024), “Hakikat IPTEK adalah untuk memudahkan manusia dalam beribadah kepada Allah.” Ini berarti, teknologi seharusnya digunakan sebagai alat untuk memperkuat keimanan, bukan sebaliknya.

Namun di era modern ini, semangat menuntut ilmu sering kali melemah karena materialisme, tekanan hidup, dan gaya hidup hedonis. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran baru yang menempatkan ilmu sebagai sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Strategi Menghadapi Perkembangan IPTEK secara Islami
Agar umat Islam tidak tertinggal dalam arus perkembangan global, perlu adanya strategi konkret, antara lain:

  1. Integrasi IPTEK dan Agama
    Pendidikan Islam harus menyatukan ilmu agama dan ilmu umum dalam satu kesatuan kurikulum.
  2. Pemanfaatan Teknologi untuk Dakwah dan Pendidikan
    Pengembangan aplikasi dan platform digital berbasis nilai Islam sangat dibutuhkan.
  3. Pemerataan Akses Teknologi
    Umat Islam di wilayah terpencil perlu diberi akses yang adil terhadap teknologi.
  4. Filter Nilai Islami dalam Dunia Digital
    Kesadaran digital dan penyaringan konten negatif harus ditanamkan sejak dini, terutama kepada generasi muda.

Kesimpulan: IPTEK sebagai Sarana Ibadah
Agama Islam bukan hanya mendukung, tetapi juga mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejarah membuktikan bahwa ilmuwan Muslim menjadi jembatan penting bagi perkembangan peradaban dunia.

Hari ini, tantangannya bukan hanya mengejar ketertinggalan, tetapi juga memastikan bahwa IPTEK digunakan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Islam bukan musuh ilmu pengetahuan, melainkan pondasi yang kokoh untuk ilmu itu berkembang secara bermartabat dan berorientasi akhirat.

Mari jadikan IPTEK sebagai sarana ibadah, bukan sekadar alat duniawi.
Dengan ilmu, iman, dan teknologi, umat Islam bisa membangun kembali peradaban yang unggul dan berakhlak mulia.

Penulis: Danang Elfiendri

Mahasisawa Universitas Ibnu Sina Batam