Kehilangan Arah atau Menemukan Jalan ?

Refleksi Mahasiswa Muslim

Gambar Ilustrasi (sumber: Pinterest)

Generasi Z, yang lahir di era digital, dikenal sebagai generasi yang cerdas, kritis, dan ambisius. Mereka tumbuh dalam dunia yang serba cepat, di mana informasi, teknologi, dan persaingan hidup hadir begitu nyata di depan mata. Pendidikan tinggi menjadi tiket penting untuk membuka pintu karier, sementara karier dipandang sebagai ukuran kesuksesan hidup.

Namun, di balik semangat itu, banyak di antara mahasiswa yang justru mengalami kebingungan: Apakah semua ini sejalan dengan tujuan hidup? Apakah kita hanya sekadar mengejar gelar dan gaji, sementara hati terasa kosong? Pertanyaan-pertanyaan ini muncul sebagai tanda bahwa ada “kehilangan arah” di tengah perjalanan.

Tantangan Gen Z dalam Pendidikan dan Karier

  1. Tekanan Sosial Media
    Sosial media membentuk standar kesuksesan palsu. Saat melihat teman sebaya meraih prestasi, bepergian ke luar negeri, atau mendapat pekerjaan mapan, sering kali muncul rasa minder. Alih-alih termotivasi, justru timbul rasa gelisah dan iri.
  2. Budaya Hustle (Kerja Tanpa Henti)
    Gen Z sering terjebak dalam “hustle culture” – bekerja keras tanpa henti demi pengakuan. Banyak mahasiswa rela mengorbankan kesehatan mental dan spiritual demi target akademik atau karier.
  3. Krisis Identitas
    Di persimpangan antara modernitas dan nilai tradisi, banyak mahasiswa bingung menentukan identitas. Mereka ingin eksis di dunia global, tetapi juga ingin tetap teguh dalam iman. Ketidakseimbangan ini sering membuat jiwa goyah.
  4. Overthinking dan Kesehatan Mental
    Tantangan lain adalah mudah cemas. Takut gagal, takut tertinggal, hingga takut mengecewakan orang tua. Padahal Allah telah menjamin rezeki setiap hamba-Nya.

Pandangan Islam: Ilmu, Karier, dan Tujuan Hidup

Islam menempatkan ilmu dan usaha sebagai ibadah. Menuntut ilmu adalah kewajiban. Rasulullah ﷺ bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Namun, pendidikan dan karier bukanlah tujuan akhir. Tujuan sejati seorang Muslim adalah ridha Allah. Allah berfirman:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Ayat ini mengingatkan bahwa pendidikan dan karier hanyalah jalan menuju tujuan yang lebih tinggi, yakni ibadah dan keberkahan hidup.

Jalan Menemukan Arah Kembali

  1. Meluruskan Niat
    Belajar dan bekerja bukan semata-mata untuk mengejar status sosial atau kekayaan, tetapi sebagai ibadah. Dengan niat yang benar, semua aktivitas duniawi bisa bernilai pahala.
  2. Menjaga Keseimbangan Dunia dan Akhirat
    Jangan sampai kesibukan akademik dan karier membuat kita melupakan kewajiban utama. Rasulullah ﷺ bersabda:
    “Sesungguhnya badanmu punya hak atasmu, matamu punya hak atasmu, dan istrimu punya hak atasmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menegaskan perlunya keseimbangan dalam hidup.

  • Mengelola Media Sosial dengan Bijak
    Jangan jadikan sosial media sebagai tolok ukur kesuksesan. Saring informasi dan gunakan untuk hal-hal bermanfaat, bukan sumber tekanan batin.
  • Lingkungan yang Positif
    Berteman dengan orang yang baik akan membawa pengaruh besar. Rasulullah ﷺ bersabda:
    “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat penjual minyak wangi dan tukang pandai besi…” (HR. Bukhari dan Muslim)
    Teman yang baik akan menguatkan semangat dan iman.
  • Menghidupkan Dzikir dan Doa
    Ketenangan hati bukan dari gelar akademik atau gaji tinggi, melainkan dari dekatnya hati kepada Allah. Allah berfirman:
    “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Gen Z adalah generasi penuh potensi. Namun, ambisi besar kadang membuat kita lupa arah. Pendidikan dan karier tetap penting, tetapi jangan sampai membuat kita kehilangan tujuan hidup yang hakiki.

Kita belajar bukan hanya untuk ijazah, tetapi agar ilmu bermanfaat. Kita bekerja bukan hanya untuk gaji, tetapi agar hidup penuh berkah. Pada akhirnya, sukses sejati adalah saat ilmu, karier, dan iman berjalan seiring, membawa kita semakin dekat kepada Allah.

Oleh: Najla Farah Falihah

Mahasiswa STIQ KEPRI Semester 3 IAT Extension